Short Escape to Batu – Malang #5

Berangkat dari Malang Strudel tanpa jas hujan, berharap gerimisΒ  semakin jarang. Nyatanya, belum 1 km perjalanan kami terhenti, hujan semakin menjadi. Sengaja berhenti Indomaret, saya pengen susu dan snicker. Suami beli bakso di sebelahnya, buat ngganjal perut. πŸ˜€

Selanjutnya kami membunuh waktu dengan berbincang. Hujan lebat sekali, jalanan bahkan sampai banjir. Debit air terlalu besar, sedangkan salurannya dipenuhi penyumbat, jadi genangan air dijalan bertambah banyak dan terlalu berbahaya melanjutkan perjalanan.

Kami nggak tahu sudah berapa lama tertahan, mungkin 1 jam atau lebih. Hujan belum sepenuhnya reda tapi masih mendingan untuk lanjut. Mantel siap dipakai, motor kembali dipacu. Continue reading

Short Escape to Batu – Malang #4

Ada beragam menu bakso yang ditawarkan. Saya lupa pilih yang mana, hehe. Wajar kalau antrinya begitu lama, baksonya sangat memuaskan! Tapi kalau boleh jujur, nggak mau balik kesitu lagi. Hehe. Antri dan lamanya bikin nggak betah saya.

20161009_121949

Karena letaknya di sebelah rel, jadi sekalinya ada kereta lewat getarannya terasa. πŸ˜€ Seru, bahkan di stasiun, saya nggak pernah sedekat itu dengan kereta yang sedang melaju Continue reading

Short Escape to Batu – Malang #3

Si mas cium tangan saya dan tersenyum, “pertanyaannya loh. Adek tahu dewe-lah jawabannya.”

Saya ketawa. Bagaimanapun yang sudah terjadi ya biar saja. Toh akhirnya laki- laki ini memilih saya jadi teman bertualangnya mengarungi kehidupan. πŸ™‚

Turun dari bianglala, kami lapar. Sewaktu di atas tadi sempat lihat Ayam Bakar Wong Solo. Seporsi ayam bakar dan cumi hitam jadi menu makan malam kami.Β  Dua pengamen menyanyikan lagu Letto kesukaan saya. Bikin malam yang indah jadi makin indah.

Turun dari Batu, langsung menuju hotel. Sepanjang jalan, hanya motor kami yang melintas. Awalnya mengira salah jalan tapi tidak, sepinya memang karena sudah malam. Naik turun yang curam, pemandangan kota serupa bintang- bintang dari kejauhan, dan doa- doa keselamatan mengiringi kami meninggalkan Batu.

Sampai kamar, langsung bersih- bersih badan dan menikmati sisa malam. πŸ˜€

Kebangun pagi karena suami melilit saya Continue reading

Short Escape to Batu – Malang #2

Keluar dari Museum Angkut, kami lanjut ke destinasi berikutnya : alun- alun Kota Batu. Diluar dugaan, bianglala yang saya incar untuk dinaiki bersama, tidak beroperasi karena hujan. Tak mengapa, masih ada banyak yang bisa dinikmati.

Kami coba makan sempol. Ini terkenal banget ya? Dimana- mana ada dan itu pertama kali tahu rasanya. Ternyata kanji yang dikepeli (apa ya Bahasa Indonesianya?) lalu ditusuk pake batang bambu dan digoreng. Semacam cireng, tapi beda bentuk.

Makan pentol dan telur puyuh juga, yang letaknya sebelahan. πŸ˜€ Rasanya pun nggak jauh beda dari pentol kebanyakan tapi harganya lebih mahal. Harusnya 5 ribu itu bisa ganjal perut, lah ini nggak.

Hujan balik lagi pas kami didepan 3 warung berjajar dan bingung pilih yang mana antara minum susu, makan ramen, atau nyamil ketan. Akhirnya, pilih yang pertama. Mikirnya nanti masih jajan lagi kalau hujan reda, jadi nggak pengen terlalu kenyang.

Saya pesan Ginger Milk, si mas Banana Milk. Mungkin tersugesti atau memang efeknya jahe, sepanjang di Batu saya sama sekali nggak ngerasa Continue reading

Short Escape to Batu – Malang #1

Akhir bulan lalu, sebagai hadiah ulang tahun, si mas ngasih saya screenshot bukti booking Solaris Hotel. Senang? Pasti! Dirancanglah perjalanan kami sepanjang Sabtu (8/10) dan Minggu (9/10) ke Malang dan sekitarnya.

Setelah seminggu penat mikir anak- anak mid semester dan jadwal yang berantakan karena nyesuaiin jadwal ujian mereka, saya bebas tugas hari Jumat. Sampai Surabaya, kereta jam 7 malam. Nah, si mas ada praktikum dan Surabaya masih hujan. :/

Awalnya, sempat pengen coklat panas di stasiun tapi urung, keburu makin lebat hujannya. Jadilah pulang dan cari maem yang lebih niat, porsi besar maksudnya. Soto Ayam Kuswanto yang jadi pilihan kami. Warung ini punya sejarah panjang si mas dan ayahnya.

Paginya, kami packing dan sarapan sebelum memulai perjalanan. Namun, hujan menghadang. Ini musim hujan dan waktunya sangat tidak tepat untuk berlibur. πŸ˜€ Apalagi ke kota di atas gunung yang otomatis curah hujannya lebih tinggi dan tidak terprediksi.

“Mas, kita ini mau senang- senang ya? Apapun yang terjadi mesti happy kan ya?” Dan komitmen ini kita bawa hingga tiba di rumah keesokan malamnya. πŸ™‚ Disinilah perjalanan kami dimulai. Continue reading