B, you’re my flashlight!

“B,” aku memanggilnya. Cukup lama kami duduk bersisian dalam diam.

“Ya?” Bening matanya menatapku. Bening yang sama, yang membuatku jatuh dalam cinta.

“Masih marah, B?”

“Nggak.” Ia melipat tangan di depan dada. Barangkali untuk mengusir dingin. “Aku pengen kamu sedikit lebih peduli, T. Aku penting, kan?”

“Kalau ada kata yang lebih tepat, B.. karena ‘penting’ bahkan tidak cukup mewakili.” Aku mengambil nafas.

“B, masing- masing orang punya hari tergelap dalam hidup, yang ia yakin tak akan mampu melewatinya seorang diri. Aku pernah memiliki hari- hari semacam itu. Kamu juga?”

Ia menatapku, membenarkan. Tepat di depan kami, petir bersahutan. Sementara dingin mulai merasuk dari ujung sepatuku yang kian basah oleh percikan hujan.

“Semua bilang, waktu adalah penyembuh terbaik, tapi tidak, B. Seluruh dunia sedang bersekongkol menjatuhkanku dengan beragam cara. Kehilangan membuatku
takut menghadapi hari esok. Sendiri membuatku mengerti, aku tak sekuat yang kukira.”

Ia meraih sebelah tanganku, menyimpannya rapat diantara genggaman. Hangat.

“Aku merasa harus berlari. Entah untuk meninggalkan, entah untuk mencari persinggahan, B. Dan kamu, datang sebagai cahaya. Memaksaku berhenti, menepi untuk sejenak menatap langit dan menyadarkan bahwa hidup teramat manis untuk disia- siakan.” Ia membalas tatapanku.

“B, hidup tidak melulu indah kan? Masalah akan selalu ada, tapi segalanya akan baik- baik saja. Selama kamu ada, B, aku memiliki semuanya.”

“T..”

“Tunggu.. Biar kuselesaikan, B,” kami beradu tatap dan tersenyum. “Aku bahkan tidak takut bila hujan malam ini tak berhenti, sementara kita masih disini.” Senyumnya kian merekah sementara tatapan kami kian dekat, “jangan marah, B..”

Ia tertawa dan mencubit hidungku lembut. “Kamu mengarangnya untuk merayuku, T!”

“Tidak! Aku serius.” Aku meyakinkannya, membuatnya tersipu. “Meskipun, aku tidak mengarangnya. Itu hanya syair lagu! Haha..” Aku tergelak melihat rautnya yang berubah kecewa..

“Ahh.. ku kira.” Ia pura- pura merajuk.

“B.. Aku perempuan yang merepotkan, banyak mau, gampang ngambek, dan pemarah. Aku mungkin tak banyak bercerita, kalimatku selalu habis pada titik ke tiga atau mungkin ke empat, tapi bukan berarti aku tidak menganggapmu.” Bunyi guntur membuat genggamannya kian erat.

“B, aku bukan yang paling menyenangkan diajak berbincang. Aku tinggal jauh dan tidak bisa ditemui sewaktu- waktu. Aku.. tidak sempurna. Manusia biasa..” aku mengambil nafas. “Tapi, B.. Aku akan menjadi teman terbaikmu berpetualang di kehidupan.”

“Itu masih syair lagu, T?”

“Hahaha.. bisa jadi.” Ia menarikku dalam pelukan.

I got all I need when I got you and I
I look around me, and see a sweet life
I’m stuck in the dark but you’re my flashlight
You’re getting me, getting me, through the night

^^Siilahkan berKomentar.. ^^