Anak Rumahan

Kalau sudah pada tahu, di pelajaran Kimia SMA, yang elekron menempati kamar- kamar sesuai nilai n, l, m nya dengan posisi sesuai bilangan kuantum spinnya (hadap ke atas atau ke bawah), di Fisika ternyata sedikit berbeda. Dalam artian, elektron tidak seperti itu. Silahkan cari tahu sendiri tentang probabilitas dan nilai ekspektasi dimana kemungkinan elektron ditemukan, πŸ™‚ karena saya tidak ingin membahas itu di tulisan kali ini. Kalau benar- benar penasaran, saya sarankan untuk berdiskusi dengan Septia, dia ahlinya Fisika Modern. πŸ™‚

Apa yang membuat saya tiba- tiba teringat tentang elektron adalah kemarin saat saya bantu Ibu jualan buah, ada pembeli yang nyeletuk seperti ini :

B (Bapak- bapak) : Pinter ya, liburan bantu Ibunya.

I (Istrinya bapak- bapak) : Ya ini lagi bantu- bantu, lha kalau pas maen pasti lupa pulang.

Saya langsung berpikir, apa tampang saya seperti bukan anak rumahan? Apa saya seperti anak yang jarang pulang? Sampai ada yang bilang kayak gitu. 😦

Asal tahu, sejak SMA, sudah merantau ke Kediri. Setiap Minggu pulang dan itu pasti dirumah, tidak pernah main kemana- mana. Bukan karena apa- apa, tapi memang tidak punya teman di Kertosono. Teman SMP, kebanyakan udah pada nemu teman masing- masing di SMAnya, jadi ya sudah, pertemanan seakan terputus begitu saja.

Kuliah apalagi, sudah tidak ada lagi teman yang tersisa di Kertosono. Belum lagi, saya memang pulang untuk bantu- bantu Ibu, jadi tidak terpikir sedikitpun untuk pergi main. Lantas, bagaimana bisa ibu- ibu itu bilang seperti itu.

Well, lupakan sudah apa kata ibu- ibu tadi daripada sakit hati. Mari saya ceritakan probabilitas untuk menemukan saya kalau sedang di Kertosono. πŸ™‚

45% Saya sedang di rumah. Entah untuk istirahat, nonton TV, main laptop, ngobrol, atau apalah.. Yang jelas di rumah.

45% Saya sedang di tempat jualan buah, membantu Ibu sama Bapak. Bisa sampai jam 2 malam. Angkat- angkat jeruk dibawa pulang, sampai bolak balik 3 kali, yaah.. meskipun naik motor. Hehe. Saya bisa bayangkan Ibu dan Bapak setiap hari seperti itu. (Kapan- kapan akan saya ceritakan, bagaimana Ibu Bapak saya bekerja setiap hari.)

10% sisanya, adalah selain di dua tempat diatas. Bisa jadi di Alvamart untuk belanja. Biasanya setiap pulang dari jualan, saya beli jajan untuk menghabiskan sisa malam sambil nonton film. Hehe. Atau ngantar adek saya latihan bulu tangkis, beli bensin, di jalan, beli makan, ngantar Ibu belanja- belanja baju, ke salon juga, atau apalah.. Yang jelas tidak di rumah pun di tempat juala buah.

Bahkan ketika mas Yudanis datang ke rumah, dia nemenin saya jualan atau kalau tidak, ya di rumah. Tidak pernah kemana- mana, kecuali kalau mau beli maem. Kebayang kan? Saya anak baik- baik kok.. πŸ™‚ Percaya ya??

18 thoughts on “Anak Rumahan

  1. Hahaha, itu ibu-ibu lagi sebel sama anaknya kali, tus… πŸ˜†

    Ah tapi aku ga percaya anak rumahan, aku mau buktikan nanti bawa tim liputan yaa?? Judulnya “One Day with Tuaffi”, hahahaha… :mrgreen:

  2. Jadi ikut seneng ngebacanya…. memang masih mumpung ada waktu untuk bantu ortu…. skalian jadi bisa merasakan gimana mereka tiap harinya πŸ™‚

  3. tutus lak karepe dewe -.- aku lho mau ngulang fismod (kl keturutan) haha πŸ˜€

    eh eh, iya.. menurutku emang dr gayanya tutus yg ‘childish’ jd ibu2 itu mikirnya tutus suka main, hehe πŸ˜€

^^Siilahkan berKomentar.. ^^